Sunday, June 19, 2011

PARTISIPASI KAUM PRIA DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS


BAB I 
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan alat kontrasepsi sudah  semakin baik, ini berarti tingkat kesadaran PUS dalam ber KB sudah tidak diragukan lagi. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap angka total fertility rate (TFR) dan juga laju pertumbuhan penduduk. Pemakaian kontrasepsi saat ini ( Peserta KB aktif) sudah mencapai lebih dari 60 %, artinya bahwa setiap 100 PUS lebih dari 60 nya sudah ber KB. Namun demikian jika dilihat dari jenis kontrasepsi yang dipakai atau digunakan oleh PUS, ternyata cenderung pada alat kontrasepsi hormonal yaitu Suntik, susuk atau implant, dan pil. Peserta KB yang menggunakan kontrasepsi hormonal ini lebih dari 70 % PUS, baru disusul peserta IUD, kondom dan kontap (kontrasepsi Mantap, MOW dan MOP).
Khusus untuk peserta KB kontap (MOW dan MOP) perkembangannya masih sangat lamban dibanding dengan alat kontrasepsi hormonal. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang sangat serius agar PUS bisa menyukai terhadap kontrasepsi mantap. Dengan banyaknya PUS yang menggunakan kontrasepsi mantap, dari sisi biaya akan lebih efisien jika dibanding dengan alat kontrasepsi yang hormonal. Disamping itu juga  menekan terjadinya drop out kontrasepsi, dan akan lebih berpengaruh terhadap kontribusi kelangsungan pemakaian kontrasepsi.
Dari data yang ada di Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Oktober 2010, jumlah peserta KB aktif yang menggunakan Kontrasepsi Mantap MOW dan MOP  sebanyak 294 orang(3,67%), sedangkan khusus untuk peserta KB pria hanya 122 orang atau 1,52 %. Melihat data tersebut ternyata partisipasi kaum pria dalam ber KB masih sangat rendah jika dibanding dengan peserta KB dari para ibu-ibu, dengan demikian perlu dicari faktor-faktor apakah yang menyebabkan para Bapak (kaum pria) masih enggan untuk ikut ber KB.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasar uraian latar belakang tersebut di atas, dirumuskan permasalahannnya sebagai berikut : Mengapa peserta KB Pria Masih Rendah.
C.TUJUAN
    Tujuan penulisan makalah ini adalah :
     1.Untuk mengetahui penyebab rendahnya kaum pria dalam ber KB.
     2.Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam mengajak kaum pria ber KB.
     3.Meningkatkan upaya-upaya agar kaum pria lebih berperan dalam ber KB.

BAB II
PEMBAHASAN


Seperti diketahui bahwa program Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu dari upaya pemerintah untuk mengatasi masalah kependudukan, yakni masalah kuantitas dan kualitas penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang harus diatasi, karena jumlah penduduk yang besar disadari hanya akan menjadi beban pembangunan jika mutu atau kualitasnya rendah dan penyebarannya tidak merata.
Salah satu tujuan program KB adalah mengatur kehamilan/kelahiran dengan memakai alat kontrasepsi. Dengan memakai alat kontrasepsi yang benar dan tepat, maka akan dapat menunda kehamilan/kelahiran sehingga akan berdampak pada pengendalian jumlah penduduk. Jika pemahaman ini bisa dilaksanakan oleh semua keluarga maka untuk mencapai penduduk tumbuh seimbang tidak akan sulit.
Di lapangan sering dijumpai masih banyak keluarga yang masih sangat tergantung dengan hanya satu alat kontrasepsi saja, jika sudah tidak cocok mereka enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang lain, padahal alat kontrasepsi tersebut mungkin akan lebih baik dan cocok buat mereka. Dan yang lebih memprihatinkan jika ada keluarga yang istrinya sudah tidak cocok dengan alat kontrasepsi, pihak suami atau bapak sulit untuk ikut program KB dengan berbagai alasan. Permasalahan ini sangat penting untuk diatasi sebab jangan sampai program KB hanya mutlak dikhususkan bagi kaum ibu atau perempuan saja, sebab kebahagiaan keluarga tidak hanya milik ibu atau bapak saja melainkan milik bersama seluruh anggota keluarga.
Dari data yang ada di Kecamatan Karanglewas, sampai bulan Oktober 2010 jumlah PUS sebanyak 11.332 dan yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 8.004 atau 70,63 % .sedangkan peserta KB prianya hanya 122 orang terdiri dari 75 peserta kondom dan 47 peserta KB MOP.Berdasar data tersebut dengan jelas bahwa ternyata peserta KB pria masih sangat rendah hanya 122 orang dari 8004 jumlah peserta KB, hal ini perlu dicari faktor-faktor yang menyebabkan mengapa bisa demikian.
Dari hasil kunjungan dan wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa bapak di desa-desa yang menjadi desa binaannya ternyata banyak hal yang menyebabkan para Bapak enggan untuk menjadi peserta KB, mereka dengan jujur beralasan tidak ikut KB adalah sebagai berikut :
1. Jenis Alat Kontrasepsi.
     Sampai dengan saat ini, alat kontrasepsi yang diperuntukkan bagi para Bapak/kaum pria sangat terbatas, yakni hanya dua jenis yaitu Kondom dan MOP, sementara alat kontrasepsi untuk kaum perempuan lebih banyak pilihannya. Dari dua jenis alat kontrasepsi yang diperuntukkan buat kaum pria, kebetulan kedua-duanya tidak disukai/kurang diminati oleh mereka, alasannya adalah tidak praktis dan belum yakin dengan MOP karena faktor agama dan selama masih ada yang cocok untuk istrinya, lebih baik istrinya yang ikut KB. Jika jenis alat kontrasepsi untuk para bapak ini tidak hanya kondom dan MOP mungkin sekali kaum pria akan lebih banyak yang berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi.
2. Obyek dan Subyek langsung.
     Seperti diketahui bahwa sudah menjadi kodrat bagi kaum perempuan/ibu untuk mengandung dan melahirkan, dan permasalahan program Keluarga Berencana (KB) tidak terlepas dari faktor ini. Dengan alasan yang hamil dan melahirkan adalah kaum ibu maka yang ikut KB juga lebih pas dan tepat jika ibu-ibu. Pola pikir inilah yang oleh sebagian para bapak digunakan alasan mereka tidak ikut KB, jadi sangat layak dan patut yang melahirkan dan hamil itulah yang harus ikut KB karena kaum pria  tidak mungkin hamil dan melahirkan.
3.Masalah Psikhis/faktor mental.
   Sebagian besar dari para bapak jika akan ikut program KB biasanya menanyakan terlebih dahulu apakah alat kontrasepsi yang akan digunakan tidak berpengaruh/mengurangi terhadap kejantanannya, sebab  faktor ini merupakan kunci bagi bapak untuk memenuhi kewajiban batin kepada istrinya sebagai seorang suami. Jika ikut KB ternyata tidak nyaman dan malah berpengaruh terhadap rasa dan kejantanannya maka malah akan menimbulkan masalah. Dari pemikiran-pemikiran seperti inilah yang ikut memperngaruhi para bapak dalam menentukan sikap apakah harus ikut KB atau malah tidak sama sekali. Dengan demikian pengaruh fikiran/mental merupakan penyebab seseorang dalam berbuat dan bertindak.
4.Peran Tokoh/Panutan.
   Dalam masyarakat kita masih sangat dominan adanya pengaruh atau peran dari seorang tokoh. Kesuksesan program KB juga bisa dipengaruhi oleh faktor ini, sebab jika ada tokoh atau panutan yang mendukung terhadap program KB tentu akan diikuti oleh masyarakat disekitar tokoh tersebut. Oleh karena itu kita harus bisa bekerjasama dan mempunyai/merangkul banyak tokoh, supaya program yang kita laksanakan mendapat dukungan dari masyarakat.
5. Peserta KB Langsung.
     Peran dari para peserta KB dalam mengajak calon agar ikut KB kontrasepsi tertentu, masih sangat besar di masyarakat kita. Mereka adalah nara sumber langsung untuk menanyakan kebaikan atau kelebihan dari alat kontrasepsi yang diinginkan. Dalam pemakaian kontrasepsi bagi kaum pria, peran para bapak yang sudah ikut KB pria juga akan sangat ampuh, sebab mereka adalah pelaku langsung yang  bisa menceritakan pengalamannya setelah mereka ikut KB, dengan kata lain mereka adalah contoh langsung/nyata yang bisa dipercaya karena sebagai pelaku.
6. Faktor Agama.
    Untuk mementukan perbuatan itu baik atau tidak, benar atau salah, sebagian besar masyarakat kita berpijak pada dalil agama,demikian juga dalam menentukan untuk memilih dalam menggunakan jenis alat kontrasepsi, mereka masih sangat berpegang pada aturan agama, yakni boleh atau tidak menurut agama yang dianutnya. Umumnya para bapak dalam memilih kontrasepsi masih berpendapat bahwa jenis kontrasepsi yang ada untuk para kaum pria khususnya MOP masih dilarang menurut agama yang dianutnya,sehingga mereka masih berpikir panjang untuk mengikuti program KB dengan jenis alat kontrasepsi tersebut.
7.Faktor Kepraktisan.
   Kita jika menggunakan alat kontrasepsi biasanya mempunyai pertimbangan apakah alat kontrasepsi yang kita pakai membuat lebih enak dan praktis apa tidak, jika hal ini tidak terpenuhi maka secara otomatis akan ditolak.Kebetulan, alat kontarsepsi yang diperuntukan bagi para bapak sampai saat ini belum memenuhi unsur ini, masih dianggap tidak praktis dan kurang enak,sehingga buat mereka tidak menjadi pilihan, dan hal ini berpengaruh terhadap minat para bapak untuk ikut/memakai kontrasepsi
yang ada.

Disamping beberapa faktor penyebab rendahnya peserta KB pria di atas, juga masih dijumpai adanya hambatan yang sering dijumpai didalam masyarakat,sehingga para kaum pria masih rendah partisipasinya dalam penggunaan kontrasepsi.Beberapa hambatan yang ada yang menyebabkan kaum pria rendah dalam ikut KB diantaranya adalah :
  1. Faktor Medis.
Sampai saat ini, di Kabupaten Banyumas jumlah tenaga medis yang ahli dalam pelayanan jenis kontrasepsi mantap untuk pria (MOP) masih sangat terbatas, sehingga jika ingin ikut KB MOP harus menunggu minimal satu minggu, karena pelayanan hanya sekali dalam seminggu. Di samping itu kebetulan yang melayani pelaksanaan KB MOP adalah perempuan/tenaga medis perempuan, yang kadang-kadang menyebabkan rasa malu bagi calon peserta, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi terhadap minat mereka. Kurangnya tenaga terlatih ini, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan KB MOP sebab jika sudah ada calon yang berminat, namun jarak pelaksanaan yang terlalu lama bisa mengubah minat dari calon tersebut.

  1. Hambatan geografis dan transportasi.
Secara fisik hambatan geografis dan transportasi menjadi alasan dalam pelayanan KB MOP sehingga dengan pertimbangan waktu, biaya, pelaksanaan
Pelayanan cenderung dilakukan secara masal dan melebihi batas kemampuan pelayanan, sehingga masalah waktu bagi calon sangat dirasakan terlalu lama dalam menunggu giliran pelaksanaan MOP.

  1. Masih kurangnya sarana tempat pelayanan MOP.
Tempat pelayanan KB MOP masih sangat terbatas, di Kabupaten Banyumas yang melaksanakan Pelayanan KB jenis ini hanya di Puskesmas mersi, dan satu-satunya, sehingga kurang memberikan pelayanan yang optimal bagi calon yang dari segi jarak dan kesempatan tidak menguntungkan.

  1. Penolakan KB MOP dengan alasan Agama.
Masih sangat dirasakan pengaruh agama dalam program KB, yakni tidak sepenuhnya mendukung, bahkan ada sejumlah kalangan yang belum bisa menerima program KB dengan dasar dalil agama. Apalagi dengan kontrasepsi MOP, yang menurut mereka masih dilarang, karena merubah kodrat, sehingga MOP tidak diminati oleh para bapak.

  1. Subyek dan Obyek KB adalah perempuan
Dewasa ini para bapak masih beranggapan bahwa yang paling baik ikut KB adalah Ibu/perempuan, sebab perempuanlah yang hamil dan melahirkan. Jadi tidak keliru jika mereka tidak menggunakan/memakai kontrasepsi, sebab tidak mungkin seorang laki-laki/pria akan hamil jika tidak memakai kontrasepsi. Pandangan yang seperti ini sebenarnya perlu diluruskan, mengingat perempuan/wanita bukanlah satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap kehamilan, melainkan harus bersama-sama yakni suami/bapak dan isteri, sehingga program KB bukan hanya untuk ibu/perempuan tapi juga untuk bapak.

      6.   Alat Kontrasepsi untuk Kaum Pria hanya dua Pilihan yang sama-sama tidak
Mengenakkan.
Menurut sebagian pendapat para bapak, jenis kontrasepsi yang ada sekarang bagi kaum pria semuanya tidak disukai/diminati. Kondom, menurut mereka selain tidak praktis, juga mengurangi kenikmatan dibanding dengan tanpa kondom, sedangkan MOP masih sangat ditakuti, karena disamping harus diopersi meskipun ringan, tapi juga harus bisa menerima kenyataan untuk tidak mempunyai anak lagi, jika seandainya ada hal-hal yang tidak diinginkan.

  1. Pertemuan para Bapak pada Malam Hari.
Tidak seperti pertemuan yang dilaksanakan oleh ibu-ibu yang mayoritas dilaksanakan pada siang/sore hari, pada umumnya pertemuan yang dilaksanakan di RT, RW atau Desa untuk para bapak biasanya adalah pada malam hari. Hal ini cukup berpengaruh dalam hal penyampaian informasi tentang program KB bagi para bapak, sebab sangat jarang para petugas/penyuluh KB yang bisa hadir pada pertemuan yang diselenggarakan oleh para bapak  untk menyampaikan KIE/penyuluhan khususnya tentang peran pria dalam program KB. Sehingga mereka tidak menerima informasi secara langsung dari para petugas, tapi hanya dari isteri atau orang lain.
Padahal jika mereka bisa langsung bertemu dengan nara sumber, baik itu dari petugas KB atau pemakai kontrasepsi, akan lebih lengkap dan jelas jika dibanding dengan dari sumber yang tidak langsung. Seperti diketahui bahwa setiap jenis kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan kontrasepsi kondom dan MOP. Untuk lebih jelasnya kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis kontrasepsi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Kondom
       Kelebihan atau keuntungan dari penggunaan kondom adalah :
-          Murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter
-          Mudah dipakai sendiri
-          Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
-          Efek samping hampir tidak ada
-          Mudah dibawa kemanapun, bisa digunakan sewaktu-waktu dan tidak membebani isteri.
                 Kekurangan atau kerugian penggunaan kondom adalah :
-          Mengganggu kenyamanan bersenggama
-          Selalu harus memakai kondom yang baru
-          Selalu harus ada persediaan
-          Kadang –kadang ada yang tidak tahan(alergi)terhadap karetnya
-          Tingkat kegagalannya cukup tinggi bila terlambat memakainya
-           Sobek bila memasukkannya tergesa-gesa
-          Kurang praktis.
              Kelebihan atau keuntungan MOP adalah :
-          Akibat sakit kecil sekali
-          Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit
-          Dilakukan dengan pembiusan lokal/setempat dan hanya berlangsung kurang lebih 15 menit
-          Sangat efektif/tingkat kegagalan hampir tidak ada
-          Tidak mengganggu hubungan sek selanjutnya
-          Tidak memerlukan biaya besar, bahkan gratis.
              Kekurangan atau kerugian MOP adalah :
-          Harus dengan tindakan pembedahan
-          Masih dimungkinkan adanya komplikasi seperti perdarahan dan infeksi
-          Masih harus menunggu beberapa hari sampai sel mani menjadi negatif (harus pakai kondom dulu 6-12 kali)
-          Tidak dapat dilakukan untuk orang yang masih ingin mempunyai anak
-          Jika ingin punya anak lagi karena suatu sebab memerlukan biaya yang tinggi dan belum menjamin keberhasilannya 100 persen.
Dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan dari kontrasepsi kondom dan MOP ini, diharapkan bagi para bapak bisa dijadikan bekal untuk memilih mana yang kira-kira paling tepat untuk digunakannya , sehingga akan menambah keyakinan dan kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi yang dikehendakinya.
Seiring dengan berjalannya waktu, tanpa terasa selama in tidak dipungkiri lagi bahwa pelaksanaan program KB lebih didominasi oleh para ibu-ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi perempuan, yakni IUD, MOW, Suntikan, Implant atau susuk, dan Pil. Peranan perempuan dalam program KB ini sudah begitu baiknya, mereka umumnya sudah sangat membutuhkan KB guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Namun sayang, peranan perempuan yang sudah begitu aktif ini belum diimbangi oleh peran para bapak/kaum pria dalam ber KB, sehingga diperlukan upaya yang sungguh-sungguh agar para bapak bisa lebih berperan secara langsung dalam pemakaian kontrasepsi.
                 Upaya yang dilakukan agar para bapak/kaum pria semakin banyak yang berpartisipasi dalam program KB, khususnya dalam pemakaian alat kontrasepsi, di Kecamatan Karanglewas dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
1. Pemanfaatan Rakor KB.
    Pelaksanaan Rapat Koordinasi (Rakor) Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan setiap bulan merupakan langkah yang sangat baik untuk selalu mengingatkan kepada peserta rakor, bahwa ternyata kontrasepsi yang digunakan sampai saat ini masih saja didominasi oleh kaum perempuan. Sehingga tidak segan-segan para penyuluh selalu menjelaskan dan mengajak agar memberikan informasi dan motivasi kepada suami tentang pentingnya suami mempedulikan kepentingan keluarga dalam pemakaian kontrasepsi. Selain itu penyuluh KB tidak pernah lupa untuk menyampaikan perkembangan jumlah pemakai alat kontrasepsi yang digunakan oleh para bapak, dengan harapan bisa mendorong kepada para peserta rakor untuk selalu meningkatkan jumlah peserta KB pria.
2. Kunjungan Rumah.
    Agar bisa berkomunikasi langsung dengan para bapak, kunjungan rumah kepada keluarga yang memiliki anak cukup banyak, merupakan langkah yang tepat. Sehingga diharapkan informasi yang disampaikan oleh petugas, bisa dimengerti secara lebih jelas, langsung dari yang berkepentingan.  Dengan penjelasan oleh penyuluh di rumah keluarga calon peserta KB pria, para bapak akan lebih leluasa bertanya tentang kelebihan dan kekurangan dari alat kontrasepsi yang ada, dengan demikian diharapkan akan lebih efektif dan tepat sasaran.
3. Pemanfaatan Nara Sumber /Peserta KB pria.
    Para bapak yang sudah menggunakan alat kontrasepsi kondom atau MOP didorong untuk berceritera tentang pengalamannya menggunakan alat kontrasepsi kepada para bapak dalam setiap kesempatan yang ada, Dengan cara ini diharapkan para bapak dapat menanyakan secara langsung kepada mereka tentang pengalamannya selama menggunakan kontrasepsi, dan juga bisa meminta untuk menceritakan kelebihan dan kekurangan dari kontrasepsi yang akan mereka minati. Cara ini akan lebih efektif karena mereka menerima informasi dari  nara sumber yang langsung memakai kontrasepsi dimaksud, sehingga tidak mengenal kata ‘katanya’ tapi nyata langsung dari pemakai.
4. Pembentukan Kelompok Prio Utomo.
    Di Kecamatan Karanglewas, jumlah kelompok prio utomo yang ada baru 2 kelompok, dan itupun belum berfungsi maksimal, bahkan satu kelompok prio utomo masih sangat baru. Kelompok Prio Utomo adalah wadah bagi para bapak yang telah mengikuti program KB dengan memakai kontrasepsi terutama MOP. Tujuan dari kelompok prio utomo ini adalah sebagai sarana untuk memberikan KIE(Komunikasi,Informasi, Edukasi) dan konseling bagi para bapak agar memahami tentang program KB. Dengan nara sumber langsung diharapkan akan memperoleh informasi yang lebih jelas, lengkap dan tidak mengada-ada atau lebih obyektif. Kegiatan dari kelompok Prio Utomo ini antara lain berupa penyuluhan/KIE/advokasi, mencari atau mengajak calon peserta KB MOP,dan juga mengantar calon MOP ketempat pelayanan KB.
    Perjalanan kelompok prio utomo ternyata belum bisa maksimal, dan juga belum sesuai dengan yang diharapkan, hal ini ternyata disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
-Pertemuan kurang bisa berjalan dengan baik, karena kesibukan para bapak dan juga belum tersusunnya rencana program yang matang dari kelompok prio utomo.
-Tidak adanya sumber modal untuk meningkatkan kegiatan kelompok.Sebenarnya dari kelompok prio utomo sangat mengharapkan adanya bantuan sumber modal yang bisa dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
-Masih adanya perasaan “malu” dari para anggota kelompok untuk secara terus terang mengenai kesertaannya ber KB dengan menggunakan kontrasepsi mantap MOP.
-SDM(Sumber Daya Manusia) dan status sosial ekonomi dari anggota kelompok yang kurang mendukung terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Meskipun mengalami hambatan, program rintisan Kelompok Prio Utomo ini akan terus dikembangkan dan diperbanyak, agar semua desa bisa terbentuk kelompok, yang nantinya diharapkan bisa meningkatkan peran pria dalam program Keluarga Berencana.
5.Peran Tokoh Masyarakat.
   Tokoh masyarakat, baik yang formal maupun  yang non formal sangat diharapkan dalam keberhasilan program KB, terutama untuk meningkatkan kesertaan berKB bagi para bapak. Memang tidak mudah untuk mengajak kepada tokoh masyarakat terutama dari yang non formal,untuk mengajak kepada para bapak untuk berKB karena masih adanya ganjalan yang belum bisa dipahami, namun setidaknya  mereka sudah mau untuk menyampaikan kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam program keluarga berencana.
6.Penyuluhan, KIE dan Konseling.
   Penyuluhan atau advokasi, KIE dn Konseling masih sangat dibutuhkan untuk mengajak, menjelaskan dan memotivasi para bapak agar berpartisipasi  dalam program Keluarga Berencana. Penyuluhan,KIE dan konseling ini bisa dilaksanakan kapanpun, dimanapun dan memanfaatkan kegiatan/pertemuan yang  sudah ada, baik ditingkat RT maupun tingkat RW atau bahkan di tingkat Desa. Karena dengan semakin banyak sarana dan media yang digunakan untuk menyebarluaskan peran pria dalam ber KB akan sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan program Keluarga Berencana.
      Dengan upaya-upaya yang dilaksanakan tersebut di atas, mudah-mudahan akan berdampak nyata dan bisa meningkatkan peran bapak untuk ikut ber KB.Agar partisipasi pria dalam berKB semakin meningkat, memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun memerlukan waktu, proses dan dukungan dari semua pihak, karena dengan semangat kebersamaan,kerja keras, tekun dan tidak mengenal putus asa niscaya keberhasilan akan datang, dan pada saatnya nanti program KB akan menempatkan posisi pria sebagai subyek dan obyek langsung pemakaian kontrasepsi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
      Dari uraian pembahasan tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor yang menyebabkan rendahnya kaum pria dalam berKB adalah :
     a. Jenis kontrasepsi untuk pria hanya dua jenis pilihan, kondom dan
         MOP.
      b. Adanya anggapan bahwa subyek dan obyek KB adalah hanya
          perempuan, karena perempuanlah yang melahirkan.
       c. Masalah psikis/mental dari para bapak.
       d. Pengaruh dari tokoh masyarakat.
       e. Kurangnya penteladanan dari para peserta KB pria, karena mereka
           masih merasa malu untuk berbagi dengan para bapak.
       f. Faktor Agama.
       g. Faktor kepraktisan dari alat kontrasepsi yang ada, dan rasa khawatir
           akan pengaruh negatif dari jenis kontrasepsi.
2. Hambatan-hambatan yang ada dalam mengajak kaum pria berKB
     antara lain adalah :
     a. Kurangnya tenaga medis untuk jenis kontrasepsi MOP.
     b. Hambatan geografis dan transportasi.
     c. Masih kurangnya sarana tempat pelayanan MOP.
     d. Faktor Agama
      e. Anggapan bahwa sasaran KB adalah hanya perempuan.
      f. Tidak tersedianya pilihan kontrasepsi yang ada, karena hanya
          kondom dan MOP.
      g. Kurangnya komunikasi langsung dengan para bapak, karena sarana
           pertemuan yang ada bagi para bapak umumnya pada malam hari.
3. Upaya yang dilakukan agar kaum pria lebih berperan dalam berKB
     meliputi :
      a. Pemanfaatan Rakor (Rapat Koordinasi) program KB.
       b. Kunjungan rumah lebih digiatkan.
       c. Pemanfaatan nara sumber langsung dari para bapak peserta KB.
       d. Pembentukan Kelompok Prio Utomo sebagai kepanjangan untuk
            mengajak para bapak dalam berKB.
        e. Meminta dukungan dari tokoh masyarakat untuk menyampaikan
            informasi program KB kepada para bapak.
         f. Penyuluhan, KIE dan Konseling.

B. SARAN
     1. Perlu adanya penelitian yang terus menerus oleh para ahli tentang jenis-jenis kontrasepsi yang diperuntukkan bagi kaum pria agar nantinya bisa tersedia berbagai jenis kontrasepsi yang bisa dipilih sesuai dengan minat para bapak. Karena dengan banyaknya cara KB bagi bapak-bapak akan sangat mendukung terhadap peningkatan partisipasi pria dalam berKB.
     2. Dalam masyarakat kita pengaruh seorang tokoh masyarakat masih sangat terasa, untuk itu agar program KB khususnya peningkatan partisipasi pria dalam pemakaian kontrasepsi lebih berhasil, kita harus melibatkan sebanyak-banyaknya tokoh masyarakat yang ada,  agar mereka mau membantu dan mendukung terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan.
      3. Perlunya KIE, penyuluhan dan konseling khusus bagi para bapak agar mereka tidak beranggapan bahwa hanya perempuanlah yang harus berKB, namun peran bapak sangatlah wajar untuk secara langsung menggunakan kontrasepsi sebagai bentuk tanggungjawab terhadap upaya membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera.